Cantik, satu kata berbagai makna. Cantik biasanya dikaitkan dengan bagian luarnya saja, padahal cantik itu ada jauh di dalam lubuk hati seseorang dan punya berjuta makna.
Kita biasanya mengasosiasikan cantik dengan kecantikan fisik seseorang, wanita terutama. Kita juga sering mendengar ungkapan “cantik alami”, “cantik dari luar”, “cantik dari dalam” dan lain sebagainya, dengan arti yang berbeda-beda menurut pengucapnya. Khusus untuk "cantik dari dalam” barangkali maksudnya adalah kepribadian seseorang yang dapat menimbulkan efek suka, atau segan, atau kagum.
Kecantikan ini muncul dari dalam pribadi orang tersebut , berarti “dari dalam pribadi” seseorang. “Cantik dari Hati”mungkin lebih dimaksudkan dengan jenis ini.
Kita biasanya mengasosiasikan cantik dengan kecantikan fisik seseorang, wanita terutama. Kita juga sering mendengar ungkapan “cantik alami”, “cantik dari luar”, “cantik dari dalam” dan lain sebagainya, dengan arti yang berbeda-beda menurut pengucapnya. Khusus untuk "cantik dari dalam” barangkali maksudnya adalah kepribadian seseorang yang dapat menimbulkan efek suka, atau segan, atau kagum.
Kecantikan ini muncul dari dalam pribadi orang tersebut , berarti “dari dalam pribadi” seseorang. “Cantik dari Hati”mungkin lebih dimaksudkan dengan jenis ini.
Namun bagi saya, “cantik” bisa diterapkan pada perbuatan apa
saja oleh seseorang yang memberi efek positif kepada orang lain. Segala
perbuatan positif yang bisa mendorong orang lain untuk berprestasi di tengah-tengah segala keterbatasannya. Saya ingin sedikit berbagi cerita mengenai beberapa
orang Indonesia yang , meskipun menyandang
gelar “difabel”, berhasil meraih
prrestasi gemilang di bidang masing-masing berkat kerja keras dan ketekunan
mereka. Keberhasilan mereka kiranya bisa menjadi
pemicu bagi siapa saja, yang normal ataupun bermasalah secara fisik maupun
non-fisik, untuk menggapai cita-cita setinggi mungkin. Berikut kisah mereka.
1. Pesan Hati Sastrawati Lisan dari Malang
Dunia sastra Indonesia mengenal nama Ratna Indrawati Ibrahim
sebagai perempuan yang produktif melahirkan cerita pendek dan novel. Ia mengalami kelumpuhan sejak usia 10
tahun. Sesuatu yang begitu mengguncang
jiwanya sebagai anak yang baru saja menginjak usia remaja sampai-sampai ia
pernah mempertanyakan ada-tidaknya Tuhan.
Tapi ia tidak mau menyerah dengan keadaannya itu. Kebetulan
keluarganya adalah pecinta buku. Sejak kecil ia sudah bergelut dengan berbagai
jenis bacaan yang bisanya menjadi makanan orang dewasa. Dari situ ia menemukan
jalannya untuk menjadi penulis. Dalam kegiatan sehari-harinya di atas kursi
roda sejak lumpuh ia dibantu oleh seorang
asisten sebagai juru ketiknya. Maka ia menyebut dirinya sebagai “sastrawati
lisan”.
Ratna yang lahir pada 1949 dan meninggal pada 2011 telah
menghasilkan sekitar 400 cerita pendek dan cerpen. Ia juga mendirikan sebuah toko
buku di samping rumahnya bernama “Tobuki” (Toko Buku Kita) sebagai ungkapan
kecintaanya pada dunia perbukuan. Semasa hidupnya, Ratna juga mendirikan organisasi dan
sering mangadakan diskusi dengan aktivis, seniman dan mahasiswa di Kota Malang.
Prestasi Tak Pernah Down
Stephanie Handojo menjalani kehidupan yang berbeda dengan anak-anak pada
umumnya karena ia mengidap downsyndrom atau kelambatan perkembangan jiawanya. Namun
ia dapat membuktikan dirinya untuk berprestasi tinggi.
Stephani lahir pada 5 November 1991. Di bawah bimbingan dan kasih sayang kedua
orangtuanya ia mulai mengikuti kegiatan positif di bidang olahraga seperti berenang
dan bulutangkis. Bahkan saat menginjak usia 12 tahun, ia berhasil meraih juara
1 pada kejuaraan Porcada. Pada 2011 ia terpilih
mewakili Indonesia di ajang Special Olympics World 2011 di Athena, Yunani, Ia menyabet
medali emas dari cabang renang nomor 50 meter gaya dada. Ia juga terpilih
mewakili Indonesia untuk ikut membawa obor pada Olimpaide 2012 penyandang cact
di London pada 2012.
Si Cantik Tegar dari Bali
Selain Stephani Handoyo, Indonesia juga mempunyai atlet wanita difabel yang
berprestasi di kancah international. Dialah Ni Nengah Widiasih, atlet angkat
berat yang kehilangan kemampuan untuk menggunakan kakinya sejak umur 4 tahun,
dan sejak itu ia duduk di kursi roda. Ni
Nengah lahir di Karangasem, Bali. Sejak kelas enam SD ia tinggal di asrama
Yayasan Pembinaan Anak Cacat. Kini ia duduk di bangku SMA.
Atas saran kakaknya yang pelatih angkat berat, Ni Nengah mulai mempelajari
angkat berat. Pada 2008 ia meraih medali perak pada ASEAN Para Games di Thailand. Setahun
kemudian ia merebut medali perak di Kuala Lumpur, Malaysia. Tahun berikutnya ia
meraih medali emas di Surakarta.. Terakhir tahun 2014 ia menyodok medali
perunggu di Kejuaraan Internasional Paralimpik di Dubai, Uni Emirat Arab. Ini
merupakan babak kualifikasi menuju kejuaraan dunia Paralympic Games di Brazil
tahun ini. Nengah tampil di kelas 40 kg.
Menembus Batas Dunia Enterpreneur
Bagi Angkie Yudistia, tunarungu yang disandangnya sejak usia 10 tahun tak membuatnya pasrah menjalani hidup.
Ia bahkan berhasil menyelesaikan
pendidikannya di sekolah umum hingga SMA. Lebih hebat lagi ia kemudian tamat dari jurusan periklanan di London
School of Public Relations(LSPR), Jakarta, dengan indeks prestasi kumulatif 3,5. Angkie bahkan telah meraih gelar master
setelah lulus dari bidang komunikasi pemasaran lewat program akselerasi di
tempat yang sama
Semasa kuliah, Angkie pun selalu aktif dalam berbagai kegiatan termasuk bidang yang banyak dianggap sebagai dunia glamor. Ia finalis Abang None mewakili wilayah Jakarta Barat pada 2008. Lalu terpilih sebagai The Most Fearless Female 2008, serta Miss Congeniality sebuah produk kecantikan, serta berbagai prestasi lainnya. Angkie tergerak untuk memotivasi para penyandang difabel lainnya. Ia bergabung dengan Yayasan Tunarungu Sehijara pada 2009. Ia pun kerap jadi pembicara dan menjadi delegasi Indonesia di berbagai kegiatan internasional di mancanegara yang berkaitan dengan kaum difabel. Pada usia 25 tahun, Angkie menjadi founder dan CEO (chief executive officer) Thisable Enterprise. Perusahaan mempunyai fokus pada misi sosial, khususnya membantu para penyandang difabel.
"Di balik keterbatasan pasti ada kelebihan. Walaupun aku terbatas mendengar, bukan berarti harus terbatas melakukan apapun…karena setiap masalah pasti ada jalan keluarnya," ungkapnya seraya tersenyum.
Angkie juga sudah meluncurkan buku berjudul 'Invaluable Experience to Pursue Dream' (Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas) akhir 2011 lalu. Pengalaman hidup dan pemikirannya dituangkan lewat karyanya itu. "Buku itu bukan hanya ditujukan untuk penyandang difabel saja, tapi juga teman-teman lainnya yang normal. Kita memang beda, tapi bukan untuk dibedakan," sambungnya.
Teenyata, cantik dari hati mempunyai kekuatan abadi. Melalui perjalanan panjang terus-menerus, kecantikan bisa menembus batas. Alhasil, sesuatu yang impossible menjadi All I'm Possible.
Don't judge beauty just by its cover.
Salut sekali dengan ibu ratna yang meski dalsm kondisi lumpuh, beliau tetap menulis lewat lisan yang kemudian ditulis oleh seorang juru ketik.
BalasHapusMereka yang bisa positif memandang hidup bahkan bisa menorehkan karya di tengah keterbatasan adalah kecantikan yang sempurna. Padahal yang dituliskan mbak ini kebanyakan mereka menjadi terbatas bukan sejak lahir ya... Salut buat mereka. :)
Sosok-sosok yang inspiratif. Dari mereka saya belajar bersyukur dan bijak memaknai taqdir.
BalasHapusMakasih sharingnya Mba
Mreka cantik dg cara mreka sendiri
BalasHapusselalu kagum dengan mereka yang dianugrahi kecantikan hati sepeerti ini ya mba
BalasHapusterharu campur semangat bacanya. Iya ya mba Liz, kalo cantik dari hati pasti luarnya juga terlihat makin indah :)
BalasHapusWah kumpulan wanita hebat ... Semoga allah menjaga mereka ya mbak :)
BalasHapus