Demam,
pilek dan batuk biasa merajalela pada anak. Karena sering dijumpai, sebagian orang mungkin menganggapnya sebagai
hal biasa, bahkan wajar-wajar saja. Anggapan
yang pernah singgah dalam benak saya.
Suatu
saat, anak batita saya menunjukkan gejala hidung berair (meler). Asumsi saya,
hal itu biasa terjadi. Jadi saya berikan saja perlakuan untuk menghilangkan
gejalanya saja. Seperti memberinya minum hangat, maupun dengan massage bagian
tubuh tertentu. “Semoga besok atau lusa
sudah lebih baik,” demikian batin saya.
Ternyata,
itu bukan akhir kisah pengalaman buah hati saya. Alih-alih membaik, Dede Adi
malah mulai batuk. Terkadang, malah disertai demam yang naik turun. Klimaksnya
terjadi tengah malam itu. Panasnya semakin tinggi. Meskipun telah dikompres
dengan air hangat, serta diberi obat penurun panas, kondisi Dede tidak membaik.
Wajahnya pucat, tangan kakinya memutih dan
tampak kaku. Diajak komunikasi pun tidak mau.
Dengan
latar belakang saya di bidang medis, saya menyadari situasinya sudah genting. Jika
kondisi Dede berlanjut, dia mungkin akan mengalami kejang demam. Saya sempat
panik, hilang akal sekejap. Namun saya teringat pada obat P3K dalam kulkas.
Kami memang selalu menyimpan obat penurun panas dan juga obat pencegah kejang,
keduanya diberikan lewat dubur sebagai persiapan untuk perawatan selanjutnya. Segera saja, dengan bantuan suami, kami
memasukkan obat itu lewat dubur Dede Adi.
Situasinya
sangat mencekam saat kami menunggu reaksi obat tersebut. Menit demi menit berlalu
penuh rasa was-was dan tegang. Perasaan
ini mulai mereda setelah kami saksikan tangan dan kaki Adi mulai kembali
memerah. Meski terlihat masih lelah, dia tampak memberikan reaksi. Rasanya plong
hati kami. Pagi harinya, Dede langsung kami periksakan ke dokter anak
langganan.
Kejadian
tersebut menjadi pelajaran berharga, yang tetap terpatri dalam benak kami
hingga kini. Saja jadi banyak berandai-andai saat itu. Seandainya saja plan A (member
obat lewat dubur) tersebut tidak berjalan dengan baik, apakah resiko terburuk
yang mungkin terjadi? Berkeringat saya membayangkannya. Andai saja saya tidak
menganggap sepele gejala pileknya. Andai saya bisa mencegah supaya Dede tidak
terkena kuman-kuman flu. Andai saja… Ribuan pikiran seandainya saya bisa
“mencegah”nya berputar-putar di kepala saya. Kesimpulannya, saya harus mencegah
agar hal serupa tidak terjadi lagi.
Apa
yang bisa dicegah? Ya, cikal bakal kuman penyakit yang sering mengganggu keluarga
saya. Flu-lah yang paling sering
menjangkiti keluarga saya. Apalagi, keluarga saya punya faktor resiko alergi,
yang bisa memperberat penyakit flu.
Apakah
flu bisa dicegah?
Tentu saja bisa dengan cara-cara berikut:
Istirahat cukup
Tidak merokok
Mengkonsumsi sayuran hijau
Mencuci tangan Anda
Membersihkan permukaan benda yang mungkin terkena kuman
Menggunakan masker
Menutup mulut dan hidung dengan tisu sekali pakai
Membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam rumah
Menggunakan barang sekali pakai
Mengobati gejala flu
Menjauhi orang yang sedang sakit
Jika sedang sakit, hindari persentuhan dengan orang lain
untuk mencegah penularan
Hindari memegang mata, mulut dan hidung
Vaksinasi influenza
Suntikan flu perlu diberikan setahun sekali karena kekebalan tubuh seseorang terhadap virus menurun seiring berjalannya waktu dan harus selalu diulang. Selain itu virus flu sering bermutasi. Jenis virus flu yang berbeda dapat muncul di satu musim dan berganti pada musim berikutnya. Setiap tahun, formulasi dari vaksin tersebut diperbaharui.
Bagaimana keluarga kita? |
Setelah divaksinasi, apakah saya kebal terhadap flu?
Tubuh memerlukan waktu sekitar dua minggu untuk membentuk proteksi teradap virus flu. Karena itu vaksinasi flu sangat dianjurkan sebelum musimnya tiba sehingga tubuh kita sudah kebal pada saat wabah flu mencapai puncaknya.
Manakah jalan yang kita pilih? |
Dengan semboyan lebih baik mencegah daripada mengobati, sebuah klinik di Jakarta berkomitmen untuk meningkatkan taraf kesehatan bangsa Indonesia dengan menyediakan berbagai macam jenis vaksin, sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder. Klinik ini, In Harmony Clinic, sesuai dengan namanya, berada di daerah Harmoni, Jakarta Pusat. Dengan mengadopsi cara kerja rumah sakit besar pada umumnya, kemampuan pelayanan klinik ini tentunya tidak perlu diragukan lagi.
Anak pertama saya sudah dapat vaksin ini, tapi yg kedua blm. Trism sdh diingatkan mbak :)
BalasHapusKalau anak sakit itu memang mengkhawatirkan, duh apalagi kalau flu
BalasHapusRewel dan emaknya panik sendiri
Pertamaxxxxx ...
BalasHapusObat Batuk Anak 1 Tahun
Ijin Nyimak
Sama Mba, saya juga selalu sedia obat penurun panas. Tapi kalau obat kejang yang ga ada. Karena yang namanya panas itu ga liat waktu ya Mba, pernah si kakak, panas di jam-jam tengah malem.
BalasHapusVaksin allhamdulillah si kakak sempat di vaksin influenza juga. Sebagai pencegahan :)
Flu sekarang memang makin bahaya ya mba. Ga salah kalau vaksin flu makin gencar. Ngeri deh baca berita soal virua flu aneh2 ada babi, burung, kuda..
BalasHapusWaah tinggi juga ya angka kematian krn influenza ...
BalasHapusGa nyangka
bener, tubuh memerlukan kekebalan tubuh dari penyakit salah satunya flue. dan benar sekali, Mbak, pencegahan lebih baik dari pada mengobati.
BalasHapus